Testimony

Testimony 1
Monopouse bisa sirna ditelan hasrat yang kembali membara. Ini pengakuan jujur seorang wanita paruh baya kenalan penulis. Ibu satu putri ini terus terang selama 23 tahun berumah tangga dalam berhubungan intim belum pernah merasakan apa itu yang namanya orgasme. Saat itu yang terpatri dalam benaknya bahwa istri hanya bertugas melayani hasrat suami. Bila suaminya sudah ‘meledak’ berarti pelayanan sempurna. Tak perlu macam-macam entah itu soal posisi, gaya atau gerak gelinjang tubuh, yang penting urusan suami beres. “Ya, saya seperti batang pisang saja” paparnya sambil tertawa renyah.

Seiring bertambahnya usia perkawinannya ditambah kesibukan keduanya, lengkaplah urusan hasrat kian menurun. Sebulan sekali saja belum tentu, itu pun tergantung mood. Lucunya, si ibu ini sering ‘menipu’ suaminya dengan memakai softex. Kadang saat suaminya mengajaknya, dia bergegas memakai sofex, pertanda bahwa dia sedang ‘lampu merah’. Apalagi setelah monopouse menghampirinya. Berarti ini ‘kiamat’ telah tiba.

Suatu waktu, si ibu ini ‘nguping’ saat penulis mengumpulkan rekan-rekan sekantor untuk mempresentasikan ‘panduan seks’ dalam rumah tangga. Setelah dicamkan dengan khusuk, si ibu lalu mempraktikkannya dengan suaminya. Awalnya, suaminya kaget, ada perubahan besar pada istrinya, kok tiba-tiba mengajaknya ‘bisnis’ (istilah keduanya untuk berhubungan intim). Singkat cerita, si ibu sukses meraih impiannya untuk ‘terbang melayang’ menikmati ‘puncak’ dari permainan cintanya.

Seminggu rata-rata tiga kali. Dan anehnya, setelah sekian lama frekuensi hubungan intimnya meningkat, tak dinyana si ibu ‘bocor’ alias mengalami mentruasi lagi. Dan sekarang, suaminya makin mesra. Sang suami rela memasakkan nasi goreng atau indomie setelah ‘menuntaskan’ tugas-nya. Suatu hal yang nyaris tak pernah terjadi sebelumnya.


Testimony 2
Ada kenalan penulis yang sudah berusia diatas 50 tahun, sudah berumah tangga puluhan tahun dan dikarunia anak yang besar-besar, tiba-tiba merasakan seperti ‘hidup kembali’ setelah mengamalkan resep penulis. Tadinya, dia berhubungan intim sebulan sekali, kadangkala malah sebulan tidak sama sekali, sekarang seminggu dua kali tak pernah terlewatkan. Kehidupan rumah tangganya pun makin ceria.


Testimony 3
Ada lagi, teman sekantor penulis, seorang bapak berusia diatas 50 tahun.  Setelah mempraktikkan panduan seks penulis, kini istrinya makin ‘lengket kayak perangko’. Bila tidak diberi ‘jatah’, istrinya akan menghiba-hiba. “Wah, ternyata dalam rumah tangga itu, uang bukan segalanya. Ada yang penting juga, yaitu soal seks, tapi ya seks yang berkualitas, loh,” begitu pengakuan polosnya pada penulis.

Mau tahu ceritanya? Dia mempelajari panduan penulis itu dengan cara merekam pakai HP pada setiap perbincangan dengan penulis. Kemudian rekaman itu dia perdengarkan bersama istrinya. Awalnya, istrinya agak canggung dan malu-malu saat mendengarkan rekaman itu. Tapi, akhirnya suasana menjadi ‘cair’ dan lalu ‘bersama bisa’.  Ternyata resep penulis terasa mujarab.


Testimony 4
Contoh lagi, seorang ibu berusia 45 tahun dan sudah berumah tangga selama 17 tahun memberikan kesaksiannya pada penulis. Sekian lama berumah tangga, urusan seks dirasakannya hambar, tak ada kejutan yang menarik. Dia dan suaminya sama-sama bekerja. Pagi berangkat malam pulang, habis waktu di jalan dan di rumah tinggal merebahkan tubuh. Dampaknya, frekuensi hubungan intim jadi sangat berkurang.

Setelah mempraktikkan resep penulis, semuanya menjadi berubah. Sekarang, hubungan intim dilakukannya dua kali seminggu secara disiplin. Dalam sekali ‘bergulat asmara’, suami bisa melakukannya dua tiga kali. Padahal sebelumnya baru sekali sudah ‘terkapar’. Dan dia sendiri, bisa beberapa kali mengalami ‘puncak’, suatu hal yang sebelumnya tak pernah dia rasakan.  Sampai-sampai, sekarang dia harus pakai alat kontrasepsi, karena takut hamil. Dengan girang, dia bilang sama penulis bahwa kini dia merasakan ‘hidup lebih hidup’.


Testimony 5
Penuturan disampaikan pula oleh seorang ibu dengan dua anak yang masih berusia dibawah 40 tahun. Perkawinan yang sudah dia jalani selama 13 tahun awalnya terasa begitu-begitu saja dan bahkan berasa ‘kering’. Suaminya selain sibuk juga bertemperamen egois. Padahal keduanya masih terhitung usia muda. Akibatnya jelas, kehidupan seks menjadi ‘error’ dan kalau toh dijalankannya hanya pelampiasan supaya tidak ‘mengganjal’ di otak.

Singkat cerita, setelah tahu ada tehnik yang jitu, dia coba praktikkan dengan suaminya. Ternyata, hasilnya ‘maknyus’ dan sekarang dalam seminggu tak kurang dari dua kali. Suaminya pun bergairah kembali dan penuh perhatian.


Testimony 6
Pengakuan yang menarik juga disampaikan oleh seorang bapak yang sudah belasan tahun hidup berumah tangga. Setelah dia menenggak panduan tehnis penulis, hasilnya sungguh di luar perkiraannya. Istrinya menjadi ‘over dosis’ alias ketagihan. Bahkan saat dia ke luar kota untuk tugas kantor, sering dia ditelpon istrinya untuk diminta segera pulang dan ‘setor’. Dia merasa sampai ‘jontor’ terkuras energinya. Dia menjadi sadar, istri satu saja sudah begini, nyaris kedodoran dalam melayani, apalagi istri lebih dari satu,—pinjam kata-kata pelawak Asmuni—bisa ‘wassalam’. Ya, memang panduan penulis ini bisa menjadi ‘benteng’ agar suami tidak lirik-lirik ke wanita lain, berpoligami atau selingkuh.

Post a Comment